Virgin oh Virgin..
BANYAK anggapan di kalangan masyarakat bahwa seorang wanita yang sudah tak perawan dapat diketahui dari tanda-tanda fisiknya. Seperti pantat yang turun, payudara yang mengendur, atau cara berjalan yang lurus. Anggapan lain adalah pendarahan pada malam pertama merupakan salah satu ciri jika wanita tersebut masih perawan. Lantas bagaimana jika tidak terjadi pendarahan? Apakah sang gadis perlu dipertanyakan keperawanannya??
Menurut dr Teddy Rochantoro SpOG, perawan tidaknya seseorang tidak bisa terlihat pasti dari ciri-ciri fisik seseorang. Misalnya melihat dari bentuk tubuh seseorang. Apalagi, saat ini banyak fasilitas yang ditawarkan untuk pembentukan tubuh. Kalaupun ada perubahan, biasanya pada wanita yang sudah melahirkan. “Ini pun sudah sulit karena kecanggihan perawatan tubuh saat ini,” ujarnya.
Namun pada orang yang sudah melahirkan, biasanya sudah terjadi perubahan hormonal. Sehingga hal ini bisa langsung dibedakan. “Pada orang hamil dan sudah melahirkan bisa dilihat dari faktor hormonalnya,” terangnya.
Lalu bagaimana dengan soal berdarah atau tidaknya seseorang pada saat pertama kali melakukan hubungan suami istri? Menurut dr Teddy, keperawanan pada seorang wanita sering dilihat dari pecahnya selaput daranya. Selaput dara ini berada di dalam liang vagina sedalam 2-3 cm. Hanya saja, pecahnya selaput dara tidak bisa menjadi indikator keperawanan seorang wanita.
Karena, kata dr Teddy, pecahnya selaput darah bisa terjadi karena berbagai faktor. Pertama karena melakukan hubungan suami istri dalam hal ini terjadi penetrasi. Tapi juga bisa karena faktor lain seperti trauma benda tumpul. “Namun biasanya dengan pemeriksaan ini bisa diketahui, apakah pecahnya selaput dara seseorang karena hubungan suami istri atau faktor lain. Karena biasanya bentuk robeknya berbeda,” ujarnya.
Selaput dara sendiri disebut hinem. Umumnya wanita memiliki selaput dara. Meski ada beberapa kasus ditemukan ada wanita yang tidak memiliki selaput dara. “Jadi meski belum berhubungan, barangnya tetap tidak ada, jadi tidak mungkin ada yang robek,” paparnya.
Tidak hanya itu, bentuknya pada wanita pun berbeda-beda. Dalam dunia medis, bentuk selaput dara pada wanita ada delapan macam. Di antaranya ada yang berbentuk melingkar, ada setengah melingkar dan semi lunar dan lainnya. Begitu juga dengan tebal tipisnya tidak sama.
Melihat anatomi selaput dara ini, maka perdarahan pada saat pertama kali melakukan hubungan suami istri tidak bisa menjadi indikator perawan atau tidaknya seseorang. Memang di selaput dara ini ada pembuluh darah. Sehingga saat penetrasi pertama kali, robeknya selaput darah bisa menyebabkan perdarahan. “Namun, tidak semua wanita, tergantung bentuk, tebal dan tipis serta bentuk robeknya dari selaput dara tersebut,” ujarnya.
Makanya, jangan heran, jika ada wanita pada hubungan pertama tidak terjadi perdarahan tapi pada hubungan yang kedua dan ketiga bisa terjadi perdarahan. “Mungkin, robeknya pada hubungan pertama belum sempurna, yang ketiga baru robek sampai ke dalam,” ujarnya.
Makanya, ia mengharapkan agar perdarahan selaput dara tidak dijadikan indikator keperawanan. Karena jika ini dijadikan patokan suami, ketika istrinya tidak terjadi perdarahan pada malam pertama akan terjadi ketidakpercayaan dan kekecewaan. “Kasihan yang wanitanya, di sinilah perlunya kejujuran tersebut,” ujarnya.
Lalu bagaimana dengan pria?
Menurut dr Teddy, pada pria lebih sulit untuk diketahui. Tidak ada selaput dara seperti pada wanita. Meski sudah berhubungan beberapa kali, tetap saja tidak akan terlihat. Namun demikian, secara psikis bisa ditebak. Namun, tetap saja di sini dibutuhkan kejujuran dari pribadi seseorang.(*)
Selama ini masyarakat berpendapat bahwa keperawanan seseorang akan hilang ketika terjadi suatu aktivitas seksual berupa hubungan seksual dimana akan menyababkan pecahnya selaput dara, padahal selaput dara seorang wanita kondisinya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada wanita yang memiliki selaput dara yang tipis sehingga apabila melakukan hubungan seksual akan lebih mudah pecah tetapi ada pula wanita yang memiliki selaput dara yang kuat sehingga akan tidak mudah pecah. Pecahnya selaput dara juga tidak harus melalui hubungan seksual saja, bisa juga melalui aktifitas olahraga, benturan, senam dan sebagainya.
Bentuk selaput dara yang dimiliki oleh satu wanita dengan wanita yang lainnya juga tidak sama. Jika ia memiliki selaput dara yang kaya akan pembuluh darah, otomatis jika selaput dara itu pecah akan terjadi pendarahan yang cukup banyak. Sebaliknya jika selaput dara tersebut tidak memiliki pembuluh darah otomatis ketika pecah juga tidak menimbulkan pendarahan. Jadi pendarahan pada saat hubungan seksual tidak bisa dijadikan tolak ukur menilai keperawanan seorang wanita, justru pendarahan bisa saja terjadi karena pengencangan atau ketegangan pada vagina yang sering disebut sebagai kelainan vaginimus pada saat hubungan seksual dan jika selama melakukan hubungan seksual tidak menimbulkan ketegangan pada vagina tetapi dapat menikmatinya bersama maka kemungkinan terjadi pendarahan sangat kecil bahkan tidak ada. So.. jangan heran jika ada wanita yang telah berulangkali melakukan hubungan seksual namun sama sekali tidak pernah mengalami pendarahan sama sekali.
Kemudian tanda-tanda fisik berupa perubahan bentuk payudara, pantat, dan cara berjalan lurus yang dianggap sebagai tanda wanita sudah tidak perawan juga tidak bisa dibuktikan secara ilmiah,oleh karena perubahan diatas bisa terjadi apabila seorang wanita telah mengalami kehamilan dan persalinan. Sehingga kalau hanya melalui hubungan seks saja ciri-ciri fisik tersebut tidak dapat dijadikan suatu tanda bahwa wanita tersebut sudah tidak perawan.
Pesan saya terhadap para remaja putri, selama bisa menjaga diri dari pergaulan seks bebas serta menjaga cara perpacaran yang sehat maka tidak perlu khawatir akan masalah keperawanan. Ingatlah bahwa wanita ibarat telur diujung tanduk. Keperawanan adalah harta yang paling berharga bagi seorang wanita jadi harus dijaga sampai ke pelaminan, karena selaput dara yang sudah pecah tidak mungkin dapat dikembalikan secara utuh seperti sediakala. Sekali pecah tetap pecah, kalaupun dapat diperbaiki melalui jalan operasi dengan selaput dara palsu dan pembuluh darah tiruan namun tetaplah tidak akan pernah seutuh seperti sedia kala dan yang lebih tahu tentang keperawanan seorang wanita adalah wanita yang bersangkutan itu sendiri. Sedangkan pemahaman masyarakat khususnya kaum pria yang dapat menilai keperawanan seorang wanita melalui ciri – ciri fisiknya adalah suatu asumsi semata. (dr. iwan)
Tes Virginitas Tidak Membuktikan 100 Persen
VIRGINITAS (keperawanan) merupakan kebanggaan seorang wanita. Begitu juga dengan pria, mereka akan bangga ketika bisa mendapatkan istri yang masih perawan. Meski pada pria, perjaka atau tidaknya tidak bisa diketahui. Lalu apakah tes virginitas bisa mengetahui pasti perawan atau tidaknya seseorang?
Menurut dr Teddy Rochantoro SpOG, tes virginitas bisa dilakukan untuk mengetahui perawan atau tidaknya seseorang. Namun hasilnya tidak bisa membuktikan keperawanan seseorang 100 persen. Karena dalam tes ini, biasanya hanya melihat selaput dara seseorang apakah utuh atau tidak. “Jika robek karena benda tumpul atau karena hubungan suami istri (penetrasi) biasanya bisa dibedakan,” ujarnya.
Namun sekali lagi, setiap orang memiliki bentuk selaput dara yang berbeda. Namun pada orang yang sudah pernah hamil atau melahirkan bisa diketahui melalui pemeriksaan. Karena biasanya hormonnya sudah mengalami perubahan. “Makanya, sekali lagi, tetap dibutuhkan kejujuran dari pribadinya,” ujarnya.
Lalu bagaimana dengan operasi yang bisa membuat orang seperti perawan?
Menurut dr Teddy, bentuk asli anatomi tubuh sulit untuk dikembalikan normal 100 persen. Operasi hanya memperbaiki robekan selaput dara secara posterior maupun interior. Hal ini bertujuan untuk mengencangkan introitus vagina. “Jadi seperti menjahit baju robek lah, pasti tidak sempurna 100 persen, tetap ada bedanya,” ujarnya.
Makanya, ia berpesan agar remaja putri bisa menjaga diri dari pergaulan seks bebas serta menjaga cara perpacaran yang sehat. Keperawanan adalah harta yang paling berharga bagi seorang wanita, jadi harus dijaga sampai ke pelaminan. Karena selaput dara yang sudah pecah tidak mungkin dapat dikembalikan secara utuh seperti sediakala. Sekali pecah tetap pecah, kalaupun dapat diperbaiki melalui jalan operasi dengan selaput dara palsu dan pembuluh darah tiruan, namun tetaplah tidak akan pernah seutuh seperti sedia kala. ”Yang lebih tahu tentang keperawanan seorang wanita adalah wanita yang bersangkutan itu sendiri. Sedangkan pemahaman masyarakat khususnya kaum pria yang dapat menilai keperawanan seorang wanita melalui ciri–ciri fisiknya adalah suatu asumsi semata,” ujarnya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
10 comments:
gw kirain apaan anjriitttt
nais inpo gan :D
Hare gene ngga perawan??? udah biasa kalee..hihihii
Oo...baru tau saya :) makasih yak infona
kereennn :D
tHanx Semua :)
makasih ats infona...
jadi tw bxk nech..
lebh bza jaga diri
BANYAK anggapan di kalangan masyarakat bahwa seorang wanita yang sudah tak perawan dapat diketahui dari tanda-tanda fisiknya. Seperti pantat yang turun, payudara yang mengendur, atau cara berjalan yang lurus. Anggapan lain adalah pendarahan pada malam pertama merupakan salah satu ciri jika wanita tersebut masih perawan. Lantas bagaimana jika tidak terjadi pendarahan? Apakah sang gadis perlu dipertanyakan keperawanannya??
LIKE THIS
jika seorng wanita belum pernah berhubungan,tetapi vaginanya d masuki jari tengah oleh suaminya pada saat malam pertama,apakah selaput dara itu juga pecah?terimakasih atas jawabanya.
Ya tergantung...ada darahnya atau egk....soalnya setau saya...kk saya kan perawat tante saya bidan...jadi saya tanya...darah perawan sma darah biasa beda beda dari warna,kepekatan,aroma(lbh segar),klo darah mens amis..
Posting Komentar